
Mataram, dimensiummat.id -Empat individu, terdiri dari tiga aktivis lingkungan dan seorang perempuan asli Papua, dilaporkan ditangkap oleh aparat kepolisian sesaat setelah melakukan aksi damai dalam rangka menyuarakan keprihatinan terhadap dampak pertambangan nikel di wilayah Raja Ampat, Papua. Aksi tersebut berlangsung di tengah pelaksanaan Indonesia Critical Minerals Conference & Expo yang diselenggarakan di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta Barat, pada Selasa, 3 Juni 2025 Rabu, 04 Juni 2025.
Menurut pernyataan resmi dari Rahka Susanto, Juru Kampanye Komunikasi Greenpeace Indonesia, keempat orang tersebut diamankan oleh pihak kepolisian tak lama setelah membentangkan spanduk protes dan menyampaikan orasi singkat yang mengkritik kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan nikel. "Saat ini mereka tengah didampingi oleh kuasa hukum dari Tim Advokasi untuk Demokrasi," ujar Rahka dalam keterangan tertulis kepada media.
Penangkapan ini juga dikonfirmasi oleh Komisaris Reza Hafiz Gumilang selaku Kepala Kepolisian Sektor Grogol Petamburan. Dalam pernyataannya kepada wartawan melalui pesan singkat, ia menyebut bahwa keempat aktivis tersebut telah "diamankan" untuk proses lebih lanjut.
Berdasarkan pantauan langsung di lokasi, insiden terjadi saat Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno, sedang menyampaikan sambutan pembuka konferensi. Pada saat itu, para aktivis membentangkan sejumlah spanduk, salah satunya bertuliskan “Pemerintah bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang terjadi di Raja Ampat, di Papua. Save Raja Ampat,” disertai seruan langsung dari salah satu peserta aksi yang merupakan pemuda Papua.
Kiki Taufik, Kepala Global Greenpeace untuk Kampanye Hutan Indonesia, menjelaskan bahwa seluruh perwakilan Greenpeace yang hadir dalam konferensi tersebut telah mengikuti prosedur resmi dengan mendaftar melalui kanal yang disediakan oleh panitia penyelenggara. Ia menambahkan bahwa para aktivis awalnya dibawa ke ruang panitia untuk diinterogasi sebelum akhirnya dibawa oleh pihak kepolisian sekitar pukul 12.30 hingga 13.00 WIB.
Dalam aksinya, para aktivis membentangkan setidaknya tiga spanduk utama bertuliskan: “What’s the true cost of your nickel?”, “Nickel mines destroy lives,” dan “Save Raja Ampat from nickel mining.” Selain itu, terdapat pula sejumlah spanduk tambahan yang ditempatkan di area ekshibisi, dengan narasi yang menekankan desakan terhadap pemerintah Indonesia untuk menghentikan dan mencabut izin konsesi pertambangan di lima pulau di wilayah Raja Ampat.
Aksi ini merupakan bagian dari kritik yang lebih luas terhadap eksploitasi sumber daya alam di Papua, khususnya terhadap potensi dampak ekologis dan sosial yang ditimbulkan oleh industri pertambangan nikel di kawasan yang dikenal memiliki biodiversitas laut yang sangat tinggi. Justice
Dilansir dari tempo.co
إرسال تعليق