Diam yang Membisu


 Dokumentasi: Foto Hana Sakinah

Diam yang Membisu

Oleh : Hana Sakinah

Ketika amarah mulai merayap,

dan hatiku ingin berontak,

aku memilih diam

bukan karena lemah,

tapi karena tak ingin luka jadi bara.


Cinta ini...

haruskah terus diperjuangkan?

Atau dibiarkan keram dalam kebisuan?

Pertanyaan itu menggantung

di antara detak dan hening,

tak ada jawaban yang tak menyakitkan.


Diam...

bukan karena tak tahu bicara,

tapi karena setiap kata

bisa jadi pisau yang tajam

menusuk lebih dalam dari luka sebelumnya.


Diam...

karena kadang tak semua harus terdengar,

cukup hati yang menjerit,

cukup pena yang bicara.


Tahukah kamu?

Diam adalah caraku marah sesungguhnya

menahan segala rasa yang mendidih,

menyimpan badai dalam dada,

agar tak satu pun kehancuran tercipta.


Jangan paksa aku untuk memahami cinta

dengan logikaku sepenuhnya,

karena ketika itu terjadi

aku akan pergi,

dan tidak akan menoleh lagi.


Cinta ini rumit,

seperti benang kusut yang tak tahu ujungnya.

Dan aku,

memilih diam yang lirih,

walau dada terasa sesak,

walau hati seperti retak.


Semoga...

rasa ini perlahan reda,

cinta ini menguap bersama luka.

Dan lewat tulisan ini,

aku akhirnya bersuara

dalam diam yang tak lagi bisu.

Post a Comment

Previous Post Next Post