Illustration : Freepik
Yunita Dewi
Bukan rumahku
Aku membangun rumah pada setiap puisiku,
tanpa pagar tanpa pintu.
Begitu saja hanya tembok tanpa celah
Tak seorangpun bisa memasukinya selain aku
Tidak pula kau yang membuatku menuliskan bahagia juga luka beriringan.
Aku selalu ingin berlari membawa luka yang kutahan
Pada setiap syair yang membuatku hancur
Aku menyusun banyak kata
mengikuti bayang rumit di kepala untuk menggapai bahagia itu
Bahagia setelah deretan aduanku pada tuhan.
Aku terduduk di sini,
Di rumah yang membuatku mampu mengepakkan sayapku
Hingga suatu hari atap dari rumahku roboh dan merusak sayap indahku.
Tak ada lagi rumah sempurna itu
Tak ada lagi kenyamanan yang dulu
Yang tersisa hanya gadis kecil yang memeluk lututnya dengan gemetar.
Bagus
ReplyDeletePost a Comment