Direktur KIM Angkat Kritik Mengenai Dugaan praktek jual Beli Uang pendidikan segera Tangkap dan Adilih

 

           Dokumentasi: Direktir KIM NTB                                  Maulana Rifaldi


Mataram, dimensiummat.id -Direktur KIM NTB Maulana Rifaldi angkat kritik mengenai jual beli uang pendidikan, yang berada di Kecamatan Monta Selatan, lebih khususnya di Desa Tolotangga. Kuat dugaan kami dari Bapak Kepala Desa Tolotangga yang telah lebih-lebih melakukan praktik jual beli uang pendidikan tersebut menguap betapa lemahnya orientasi pendidikan kita. Uang pendidikan yang semestinya diberikan bagi mereka yang kurang mampu dan berprestasi justru disalahgunakan oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab.


Dan hari ini wujudnya belum kita rasakan sama sekali. Hari ini, detik ini, tidak ada kejelasan dan responsif, padahal sudah lamanya kita menanyakan serta melakukan pengecekan secara investigasi, tetapi apa? Tidak ada kejelasan titik terang yang kita temui.


Padahal uang pendidikan merupakan sebuah visi dan misi Bapak Kepala Desa. Tetapi akhir-akhir ini sudah dijadikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum terkait. Komitmen merupakan sebuah janji yang tidak bisa kita tinggalkan.


Mengenai uang pendidikan yang dijanjikan kemarin pasca 2024, tanggal 7 Januari, namun sampai hari ini belum ada kejelasan dan titik terang sedikit pun. Seolah-olah Pemdes menunjukkan watak pilih kasih antara si (H) dengan si (I), dan pada dasarnya kita sudah mengikuti peraturan sebagaimana peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Desa. Namun di lain sisi, Pak Kades Tolotangga seolah-olah tidak mau tahu-menahu mengenai apa yang kita butuh dan apa yang kita bicarakan.


Lalu kemarin, tidak lupa kami melakukan pengecekan secara investigasi lagi pasca 2025, tanggal 22 Juli. Maulana Rifaldi beserta anggotanya kembali menyamperi Bapak Kades di tempat Balai Desa Tolotangga dengan tujuan yang sama dan harapan yang sama: menanyakan kembali responsif atau komitmen Pak Kades mengenai apa yang sudah dijanjikan pasca pertama kali saya ajukan proposal.


Kemudian setelah saya ajukan untuk yang kedua kali, di-ACC langsung oleh Pak Kades, sampai-sampai statemen beliau pada saat itu ingin menambahkan lagi lebih dari yang kita ajukan di proposal.


Namun akhir-akhir ini belum ada tanda kejelasan sama sekali. Itu semua hanyalah janji-janji politik. Hal seperti itu tidak bisa kita percayai sepenuhnya. Kemudian akhir-akhir ini Pak Kades seolah-olah buta, tutup mata ketika kami, mahasiswa generasi Tolotangga, menanyakan kembali keseriusan serta partisipasinya. Namun apa yang dilontarkan oleh Pak Kades setelah saya menanyakan kembali hanya dua kata: "Belum tahu" dan "Belum keluar", padahal tahap 1 dan tahap 2 sudah keluar. Apakah seperti itu jawaban seseorang pemimpin desa ketika ditanya secara serius? Begitu tidak rasional penyampaiannya.


Sebab, dugaan tersebut bukan tanpa dasar. Dugaan praktik jual beli uang pendidikan tersebut seperti mata rantai yang tak pernah putus bertahun-tahun. Beberapa nama mungkin terlibat dalam hal ini, seperti dugaan kami ada keterlibatan dari pada anggota Pemdes lain. Ini harus ditanggapi dengan serius oleh Ombudsman dan Kepolisian Wilayah Nusa Tenggara Barat.


Oleh: Maulana Rifaldi

Editor: Anti

Post a Comment

Previous Post Next Post