![]() |
Foto penulis |
Oleh. Hamsaturrahman
Perjalanan dan usia negara Indonesia yang sebentar lagi mendekati satu abad, menunjukkan kuantitas angka yang tidak lagi muda, tentu sebagai sebuah bangsa dan negara Indonesia, sudah harus melangkah jauh menjadi top runner dibandingkan dengan negara-negara tetangga di lingkup ASEAN dan bahkan ASIA. Data-data statistik tentang indeks kemakmuran negara asean dua tahun belakangan menunjukkan indonesia masih berada di urutan ke-3 setelah Singapur dan Malaysia, begitupun dalam berbagai indikator, Indonesia belum mampu untuk tampil sebagai negara maju dan masih bertahan dibawa lonjakan inovasi dan gebrakan beberapa negara tetangga. Berdasarkan data indeks pembagunan manusia (IPM) versi UNDP, terakhir menunjukkan Indonesia berada di urutan ke-5 setelah Vietnam dengan pertimbangan utama: umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. IPM menjadi gambaran komprehensif tentang kualitas hidup, masyarakat dan pencapaian pembangunan.
Para stakeholders bangsa, masyarakat, dan khususnya kawula muda, sepatutnya harus tetap menanamkan semangat optimisme dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih sejahtera, tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa yang besar dan memiliki potensi sdm maupun sda yang cukup kompetitif dan melimpah, jika dikelola secara maksimal dengan berbagai kebijakan konstruktif pemerintah dan didukung oleh produktivitas masyarakat Indonesia maka akan menjadi sangat mungkin untuk menjadi negara yang mendominasi peringkat teratas berbagai sektor di kawasan ASIA. Organisasi internasional International Monetary Fund (IMF) sebagai organisasi yang menjaga stabilitas ekonomi global, telah memproyeksikan Indonesia sebagai salah satu negara di kawasan asia yang akan mengalami pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025. Proyeksi IMF tersebut, dibenarkan dengan adanya data dari BPS tahun 2025, yang mencatat bahwa perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup dinamis. Pertumbuhan perekonomian berdasarkan pandangan IMF, sangat syarat dengan peningkatan produktivitas dan kemampuan negara dalam mengadopsi tekhnologi. Syarat tersebut, sangat melekat pada potensi pemuda Indonesia.
Potensi pemuda Indonesia yang cukup luar biasa, menyisakan harapan bahwa Indonesia tidak seperti kapal karam yang hanya berdiam diri ditempat dan menunggu kehancuran serta hanya melihat capaian pesat negara-negara lain. Sebagai pionir peradaban bangsa, pemuda memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka memastikan Indonesia berada pada puncak keemasannya.
Pemuda sebagai aset potensial kerap diidentikkan sebagai super power, Bung Karno pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia”. Ungkapan tersebut, diucap oleh sang tokoh proklamator kemerdekaan 80 tahun yang lalu, dengan mempertimbangkan kegigihan dan berkualitasnya pemuda kala itu, seperti Syahrir, Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, Sayuti Melik dll. Pada usia Indonesia yang ke-80 tahun ini, tentu tidak terhitung berapa ratus ribu bahkan jutaan atau hampir 60 %, pemuda Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, hal ini tampak begitu sangat menjanjikan, sehingga tidak heran Indonesia diproyeksikan akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045 mendatang sebagai modal untuk mendongkrak posisi Indonesia menjadi salah satu negara maju di dunia.
Pada era society 5.0, pemuda harus cakap dalam mengendalikan teknologi, tentu pemuda tidak harus terlena dengan berbagai akses dan kemudahan yang serba efisien dan tidak juga mesti dianggap sebagai tantangan yang membuat potensi pemuda justru mengalami reduksi, melainkan teknologi menjadi mitra bagi pemuda untuk menemukan inspirasi, menciptakan inovasi yang membuat peradaban bangsa Indonesia bergerak secara dinamis.
Selain pada tantangan teknologi, pemuda Indonesia harus tetap terbangun dengan kesadaran Nasionalisme-Patriotisme dan mencintai “Kebhinekaan”, hal tersebut menjadi penjiwaan diri yang harus terpatri didalam sanubari pemuda “Tanah dan negeri yang harus dicintai”, sebab ketika itu hambar didalam diri kawula muda Indonesia, maka tidak hanya akan menjadi budak dan antek asing tetapi juga akan menjadi penindas congkak di negeri sendiri, pemuda yang harusnya menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa justru menjadi penjajah dan menumbalkan bangsanya sendiri hanya untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
Mungkin kita adalah bagain dari pemuda yang punya inisiatif baik untuk bangsa ini, akan tetapi menjadi pemuda saat ini, kita tidak hanya sekedar bergeliat dengan pikiran dan ide-ide yang asing dengan realitas atau bahasa yang lazim diucap “omon-omon saja”, atau peran-peran yang tersisihkan didalam lingkaran sosial dan alam, sebagaimana sindiran Marx terhadap kaum filsuf idealis, atau seperti akademisi yang hanya berteriak lantang diatas menara gading yang tercerabut dari keterlibatan sosial seperti ungkapan Ali Syariati. Jika pemuda sebagai superstruktur dalam istilah Bourdieu tidak segera mengambil peran-peran peting pada arena konstruksi budaya dengan melibatkan diri secara langsung dalam struktur, maka salah satu implikasinya pada bangsa ini sebagaimana yang dikatakan oleh Soe Hok Gie bahwa “Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, maka makin banyak korupsi”. Sehingga pada usia ke-80 tahun ini, Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar perayaan. kita butuh refleksi, tekad, dan gerakan nyata. Pemuda Indonesia harus menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan zaman. Bersatu dalam visi, berdaulat dalam tindakan, mensejahterakan rakyat lewat kerja nyata, dan mendorong Indonesia menjadi bangsa maju yang berdaulat secara utuh.
Indonesia tanah tumpah darah kita, dirgahayu Republik Indonesia ke-80 tahun. Semoga selalu dalam limpahan rahmat Allah, menjadi negeri yang Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur.!!!
Post a Comment